Aku senang, tapi..
Hari itu ia akan pergi ke luar negeri selama seminggu. Kukira aku akan kehilangan kontak. Aku sempat menuturkan bahwa aku sedih akan tidak berkomunikasi dengannya selama seminggu kelak. Tapi nyatanya, dia tetap mengabariku meski biaya pesan SMS mahal. Senangnya. Atau karena hanya dia baik?
Sepulang dari sana, aku mengajaknya ikut ke sebuah acara makan bersama di sebuah restoran Jepang. Saat ia datang, ia menyerahkan sebuah jimat kecil berwarna pink. Dia bilang itu oleh-oleh dari negeri seberang. "Pakailah," katanya sambil menunjukkan jimat miliknya berwarna biru di tasnya yang ia kenakan di sisi tasnya. Lalu aku pun mengenakannya di tasku. Seperti couple, pikirku.
Karena aku tidak terbiasa makan di tempat dimana kita harus memasak sendiri lauk yang diinginkan, dialah yang memberi arahan. Daging sapi, cumi, ayam, dia tawarkan dan kami menikmatinya bersama semeja. Ya, saat itu semeja untuk berdua saja. Seperti kencan rasanya.
Sepulang dari sana, kalian pasti tahu suasana hatiku. Tidak ada galau sedikitpun. Sampai aku teringat pada curhatannya saat kutanyakan bagaimana tipe wanita idaman dia. Mendadak semua kebahagiaanku sirna. Dia pernah menuturkan bahwa dia menyukai gadis bertubuh kecil. Aku? Ingin menurunkan berat hingga 65 saja susah setengah mati. Ditambah tinggiku yang tidak wajar untuk wanita seusiaku. Aku galau. Berat.
Comments
Post a Comment